Langsung ke konten utama

8 Karakter yang perlu diketahui mengenai Generasi Langgas

Generasi Langgas merujuk kepada Generasi Millenials atau Gen Y, yaitu generasi yang lahir dalam rentang tahun 1980 sampai tahun 2000. Generasi Langgas menjadi sebuah terminologi populer ketika buku ‘Generasi Langgas’ yang ditulis oleh Yoris, Dilla Amran dan Youth Laboratory Indonesia terbit pada tahun 2016 dan menjadi best seller.

 Dalam salah satu Bab buku tersebut dijelaskan mengenai Karakter dari Generasi Millenials atau Langgas. Bab tersebut merujuk kepada riset dari Muhammad Faisal PhD dan Tara Talita Msc dari biro riset Youth Laboratory Indonesia di lima kota besar (Jakarta, Medan, Bandung, Makassar, Malang) mengenai karakter dan perilaku dari Generasi Langgas.

 Youth Laboratory Indonesia sendiri didirikan oleh Muhammad Faisal pada tahun 2009 dan telah intens selama 8 tahun terakhir melakukan studi etnografis juga survei pada Generasi Langgas (informasi lebih lanjut bisa didapatkan lewat www.enterthelab.com). Delapan karakter Generasi Langgas yang berhasil dicatat oleh Faisal dan Tara lalu dipaparkan dalam buku Generasi Langgas adalah sebagai berikut:

 1. Collective
 Generasi Langgas adalah generasi paling kolektif sepanjang masa. Karakter kolektif ini tidak hanya didorong kecenderungan psikologis yang mengemuka pada generasi ini akan tetapi juga difasilitasi oleh kehadiran media sosial yang membantu para Langgas untuk mengaktualisasikan dorongan kolektif mereka. Tidaklah heran apabila Indonesia menjadi satu-satunya negara dimana penetrasi media sosial semakin tinggi namun alih-alih membuat para Langgas semakin individualis malah membuat mereka semakin kolektif. Wujudnya dapat ditemukan dalam berbagai komunitas yang kini mengemuka.

 2. Customization
Generasi Langgas di Indonesia tidak secara bulat-bulat menelan tren ‘overseas’ yang masuk ke dalam negeri, akan tetapi mereka terjemahkan dalam warna serta bentuk yang sesuai dengan nilai-nilai kelokalan. Kita bisa lihat bagaimana tren popular mengejawantah di kota Bandung, Yogyakarta, dan Makassar dalam rupa distro serta event pemuda yang sangat khas.

 3. Community
Generasi Langgas di Indonesia bergeliat melalui komunitas untuk menciptakan berbagai perubahan sosial. Mereka tidak secara pasif menunggu hadirnya perubahan dari struktur formal akan tetapi bergerilya membuka ruang kreasi bagi pemuda lain di sekitar mereka. Komunitas tumbuh kembang dengan pesat dalam ranah hobby maupun sosial sejak Generasi Langgas memasuki usia remaja.

 4. Close to Family
Generasi Langgas menjadi generasi yang paling dekat dengan keluarga. Keluarga menjadi tempat berlindung juga support moral bagi para Langgas di tengah hiruk-pikuk globalisasi. Bahkan, para Langgas kerap membantu orang tua mereka yang berasal dari Generasi Baby Boomers untuk catch up dengan berbagai perkembangan zaman.

 5. Change over Generation
Generasi Langgas menjadi generasi yang tumbuh besar di era transisi politik, yaitu reformasi 1998. Oleh karena itu, mereka memiliki karakter yang sangat terbuka terhadap bahkan bereksperimen dengan berbagai paham ideologis. Generasi Langgas sangat kritis serta tidak take it for granted dalam menerima sebuah paradigm tertentu.

 6. Chasing Inspiration
Generasi Langgas adalah generasi yang retrospektif. Mereka tak hanya melihat ke saat ini atau masa depan, akan tetapi mereka juga melihat kebelakang untuk mendapatkan inspirasi. Kita bisa dapati saat ini Generasi Langgas banyak menghidupkan kembali berbagai tren lama juga berinteraksi dengan para trendsetters dari kalangan generasi X.

 7. Connected
Generasi Langgas adalah generasi yang terkoneksi. Kemana-mana pasti mencari wi-fi, bukan hanya untuk bersosial media saja akan tetapi mereka memiliki kebutuhan dasar untuk sharing dan mengetahui update informasi yang berkembang dari berbagai belahan dunia. Mereka adalah orang pertama yang mengetahui kabar berita penting di pagi hari.

 8. Confidence
Generasi Langgas adalah generasi yang sangat percaya diri. Mereka terlatih sejak usia dini untuk tampil di depan publik lewat media digital, mereka adalah storyteller yang handal, kurator informasi, dan bisa melakukan berbagai keterampilan secara bersamaan.

 Pengetahuan mengenai Generasi Langgas menjadi sangat penting mengingat ada bonus demografi yaitu 64 juta penduduk Indonesia berada di bawah usia 30 tahun. Banyak sekali informasi yang bisa didapatkan mengenai Generasi Millenials lewat buku Generasi Langgas. Buku Generasi Langgas diterbitkan oleh penerbit gagasmedia dan bisa didapatkan di took buku Gramedia.

 Kata Kunci: pemasaran , tren anak muda , riset anak muda , riset pemasaran , strategi pemasaran anak muda , jasa riset , jasa riset pemasaran , biro riset pemasaran , konsultan pemasaran , youth culture asia , youth culture report , youth data , youth indonesia , youth insights , youth marketing indonesia , youth marketing reports , youth research, youthlab , indonesian youth , data anak muda , penelitian tentang anak muda , hasil survei tentang anak muda , jasa penelitian , anak muda indonesia , perilaku anak muda , youth behavior , orang tua, generasi langgas, buku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hubungan anak dengan Orang Tua pada Generasi Y dan Z

Tabel diatas merupakan hasil studi kualitatif di Yogya dan Solo yang saya lakukan untuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2013. Studi tersebut bertujuan melihat relasi antara orang tua dan anak di dua kota di Jawa Tengah dalam rangka penyusunan sebuah sosialisasi dan kampanye anti korupsi yang lebih tepat sasaran untuk generasi muda serta lingkup keluarga. Hasil yang mengemuka cukup mengejutkan, ini karena saya dan tim peneliti dari KPK menemukan pola menarik tentang bagaimana anak pada pendidikan dasar sudah mulai memiliki jarak fisik dan psikologis dengan orang tua. Kami dapati bahwa pada usia playgroup dan taman kanak-kanak, para partisipan masih memiliki ikatan dan kedekatan dengan kedua orang tua. Quality time antara orang tua dan anak masih sangat terasa. Mereka mengemukakan bahwa mereka kerap bermain atau menghabiskan waktu dengan sang ayah dan ibu. Akan tetapi di usia kisaran 7 hingga 10 tahun, anak-anak mengaku sudah sangat jarang berinteraksi dengan orang tua.

Lokasi pacaran anak muda (Perilaku Seks Anak Muda)

Data diatas merupakan hasil baseline survey perilaku sex mahasiswa yang dilakukan oleh Pilar-PKBI pada tahun 2000. Data ini telah berusia 13 tahun, namun saya meyakini berdasarkan berbagai riset Youth Culture yang telah saya lakukan data ini masih relevan untuk kita analisis untuk konteks saat ini. Berdasarkan data tersebut lokasi pacaran anak muda yang paling sering digunakan adalah rumah sendiri (43%). Hal ini sangat erat kaitannya dengan tuntutan ekonomi yang dialami oleh keluarga dari berbagai kelompok sosial-ekonomi saat ini . Dimana, kondisi tersebut "memaksa" kedua orang tua, baik Ayah maupun Ibu untuk bekerja. Karena kondisi tersebut para orang tua menjadi semakin jarang berinteraksi dengan anak-anaknya yang telah memasuki usia remaja/pubertas. Aktivitas di rumah-pun tidak "terjaga"/terawasi dengan baik oleh orang tua, sehingga dapat menjadi fasilitas yang pada akhirnya digunakan untuk perilaku menyimpang dari remaja. Prevensi ternyata bermula dari lingku

Persepsi anak muda tentang 'Hamil di luar Nikah' (dilihat dari Third Person Effect)

Chart 1 Chart 2 Dua chart berikut merupakan hasil salah satu survey online dari Youth Laboratory Indonesian yang dilakukan pada akhir tahun 2012. Kedua pertanyaan tersebut saya masukkan ke dalam survey untuk mencoba melihat kehadiran "third person effect" (TPE). TPE merupakan sebuah gejala dimana seseorang selalu melihat dari sudut pandang orang ketiga. Secara lebih spesifik, sesuatu yang dinilai negatif secara norma akan dipersepsi mustahil terjadi pada diri sedangkan sesuatu yang positif lebih besar kemungkinan terjadi pada diri. Dengan kata lain, penilaian terhadap diri sendiri menjadi tidak obyektif dan riil. Kedua pertanyaan tersebut saya pisah posisinya dalam survey yang kami sebar. Secara mengejutkan kami menemukan bahwa pada kalangan muda, mereka memiliki TPE yang tinggi terkait dengan isu 'Hamil di luar nikah'. Anak muda melihat peristiwa 'Hamil di luar nikah' sebagai sesuatu yang mustahil terjadi pada diri mereka sedangkan di sisi lain mereka me