Beberapa bulan lalu saya melakukan sebuah studi observasional terhadap anak muda sub-urban di daerah Surabaya. Kala itu, seorang 'gatekeeper' kami bernama Yudi menguide kami untuk duduk di sebuah tempat nongkrong ala ala Bandung. Sayapun mulai membuka 'sensor' riset saya, melihat kekanan dan kekiri, keatas juga kebawah. Satu 'scene' yang sangat menarik perhatian saya adalah adanya seorang siswa SMP yang sedang duduk sendirian, ia melihat layar televisi yang menggantung ditas langit-langit Cafe dengan tatapan kosong. Di tangan kanannya terdapat sebuah rokok yang menyala, di tangan kirinya sebuah kertas Ujian Nasional. Selama lebih dari satu jam saya memperhatikan anak tersebut hanya duduk diam dengan tatapan kosong, saya coba mengambil sudut pandang yang lebih dekat dengan pura-pura seliweran di depannya. 'Confirmed' dia hanya melamun dengan tatapan kosong bukan memperhatikan acara satwa yang saat itu sedang dipasang di layar televisi. Kiranya saya coba