Data diatas merupakan hasil baseline survey perilaku sex mahasiswa yang dilakukan oleh Pilar-PKBI
pada tahun 2000. Data ini telah berusia 13 tahun, namun saya meyakini berdasarkan berbagai riset Youth Culture yang telah saya lakukan data ini masih relevan untuk kita analisis untuk konteks saat ini. Berdasarkan data tersebut lokasi pacaran anak muda yang paling sering digunakan adalah rumah sendiri (43%). Hal ini sangat erat kaitannya dengan tuntutan ekonomi yang dialami oleh keluarga dari berbagai kelompok sosial-ekonomi saat ini . Dimana, kondisi tersebut "memaksa" kedua orang tua, baik Ayah maupun Ibu untuk bekerja. Karena kondisi tersebut para orang tua menjadi semakin jarang berinteraksi dengan anak-anaknya yang telah memasuki usia remaja/pubertas. Aktivitas di rumah-pun tidak "terjaga"/terawasi dengan baik oleh orang tua, sehingga dapat menjadi fasilitas yang pada akhirnya digunakan untuk perilaku menyimpang dari remaja.
Prevensi ternyata bermula dari lingkungan terdekat, yaitu rumah sendiri. Dengan memahami kondisi sebagaimana tertera pada chart diatas, para orang tua maupun pendidik perlu menciptakan keseimbangan antara kontrol dan kebebasan terhadap anak. Kebebasan waktu dan ruang pada remaja dapat mengarah kepada perilaku negatif jika tidak disertai dengan kontrol terhadap kegiatan-kegiatan mereka. Hal ini tidak serta merta bermakna bahwa kita harus membatasi perilaku anak secara ketat. Akan tetapi, anak perlu mendapatkan pengarahan dalam kegiatan mereka, jangan sampai terdapat celah waktu kosong dimana mereka luput dari sebuah kegiatan positif. Dalam berbagai riset yang telah dilakukan oleh Youth Laboratory Indonesia kami menemukan bahwa anak muda yang memiliki bakat juga tergabung dalam sebuah komunitas hobby lebih condong mengembangkan bakatnya dan 'passion'nya ketimbang menghabiskan waktu dalam pacaran. Dengan demikian, sekali lagi perlu dipahami bahwa proses perkembangan anak perlu sentuhan emosi juga perhatian/kontrol langsung dari lingkungan terdekat, yaitu orang tua dan pendidik. Jangan sampai ikhtiar para orang tua yang bekerja membanting tulang untuk anak-anak menjadi sia-sia ketika mendapati anak mereka tumbuh dalam kebiasaan perilaku yang negatif. Sebab jiwa anak muda tumbuh berkembang dengan nutrisi nilai bukan hanya dengan reward dan hadiah yang bersifat fisik.
kata kunci: pemasaran, tren anak muda,riset anak muda, riset pemasaran, strategi pemasaran anak muda, jasa riset, jasa riset pemasaran, biro riset pemasaran, konsultan pemasaran, youth culture asia,youth culture report,youth data,youth indonesia,youth insights,youth marketing indonesia,youth marketing reports,youth research,youthlab, indonesian youth, data anak muda, penelitian tentang anak muda, hasil survei tentang anak muda, jasa penelitian, anak muda indonesia, studi anak muda, agensi pemasaran anak muda, isu anak muda
Dr Muhammad Faisal M.Si
Peneliti Kultur dan Perilaku Anak Muda
Pendiri Youth Laboratory Indonesia
Kata Kunci: pemasaran , tren anak muda , riset anak muda , riset pemasaran , strategi pemasaran anak muda , jasa riset , jasa riset pemasaran , biro riset pemasaran , konsultan pemasaran , youth culture asia , youth culture report , youth data , youth indonesia , youth insights , youth marketing indonesia , youth marketing reports , youth research, youthlab , indonesian youth , data anak muda , penelitian tentang anak muda , hasil survei tentang anak muda , jasa penelitian , anak muda indonesia , perilaku anak muda , youth behavior , orang tua, studi anak muda
Posted via Blogaway
Komentar
Posting Komentar