Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Lokasi pacaran anak muda (Perilaku Seks Anak Muda)

Data diatas merupakan hasil baseline survey perilaku sex mahasiswa yang dilakukan oleh Pilar-PKBI pada tahun 2000. Data ini telah berusia 13 tahun, namun saya meyakini berdasarkan berbagai riset Youth Culture yang telah saya lakukan data ini masih relevan untuk kita analisis untuk konteks saat ini. Berdasarkan data tersebut lokasi pacaran anak muda yang paling sering digunakan adalah rumah sendiri (43%). Hal ini sangat erat kaitannya dengan tuntutan ekonomi yang dialami oleh keluarga dari berbagai kelompok sosial-ekonomi saat ini . Dimana, kondisi tersebut "memaksa" kedua orang tua, baik Ayah maupun Ibu untuk bekerja. Karena kondisi tersebut para orang tua menjadi semakin jarang berinteraksi dengan anak-anaknya yang telah memasuki usia remaja/pubertas. Aktivitas di rumah-pun tidak "terjaga"/terawasi dengan baik oleh orang tua, sehingga dapat menjadi fasilitas yang pada akhirnya digunakan untuk perilaku menyimpang dari remaja. Prevensi ternyata bermula dari lingku

Stress pada anak serta cara mengatasinya

Beberapa bulan lalu saya melakukan sebuah studi observasional terhadap anak muda sub-urban di daerah Surabaya. Kala itu, seorang 'gatekeeper' kami bernama Yudi menguide kami untuk duduk di sebuah tempat nongkrong ala ala Bandung. Sayapun mulai membuka 'sensor' riset saya, melihat kekanan dan kekiri, keatas juga kebawah. Satu 'scene' yang sangat menarik perhatian saya adalah adanya seorang siswa SMP yang sedang duduk sendirian, ia melihat layar televisi yang menggantung ditas langit-langit Cafe dengan tatapan kosong. Di tangan kanannya terdapat sebuah rokok yang menyala, di tangan kirinya sebuah kertas Ujian Nasional. Selama lebih dari satu jam saya memperhatikan anak tersebut hanya duduk diam dengan tatapan kosong, saya coba mengambil sudut pandang yang lebih dekat dengan pura-pura seliweran di depannya. 'Confirmed' dia hanya melamun dengan tatapan kosong bukan memperhatikan acara satwa yang saat itu sedang dipasang di layar televisi. Kiranya saya coba

Apa saja yang dilakukan Anak Muda di dunia Maya?

Chart diatas merupakan data analisis dari Kapersky Lab selama periode 2013 terhadap perilaku online anak muda di 7 Negara (Amerika Serikat, Inggris, Saudi Arabia, Jepang, Jerman, Brazil dan Rusia). Data yang sangat informatif tersebut diambil berdasar aplikasi pemantau  dan kontrol kegiatan maya anak muda yang disediakan oleh perusahaan piranti antivirus ternama; Kapersky. Beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil dari hasil data tersebut adalah; 1. Kunjungan ke website pornografi (16,8 persen) walau masih berada di bawah kunjungan ke media sosial (31,3 persen), masih merupakan destinasi utama kaum muda 2. (16,7 persen) dari aktivitas anak muda berada pada ranah transaksi online, sebuah indikasi besarnya 'trust'/kepercayaan anak muda terhadap dunia maya 3. (8,1 persen) memilih untuk aktif di 'forum dan chat' Berdasarkan beberapa data tersebut, intervensi lebih lanjut yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah: 1. Tidak hanya membatasi diri pada pemantauan transak

Persepsi anak muda tentang 'Hamil di luar Nikah' (dilihat dari Third Person Effect)

Chart 1 Chart 2 Dua chart berikut merupakan hasil salah satu survey online dari Youth Laboratory Indonesian yang dilakukan pada akhir tahun 2012. Kedua pertanyaan tersebut saya masukkan ke dalam survey untuk mencoba melihat kehadiran "third person effect" (TPE). TPE merupakan sebuah gejala dimana seseorang selalu melihat dari sudut pandang orang ketiga. Secara lebih spesifik, sesuatu yang dinilai negatif secara norma akan dipersepsi mustahil terjadi pada diri sedangkan sesuatu yang positif lebih besar kemungkinan terjadi pada diri. Dengan kata lain, penilaian terhadap diri sendiri menjadi tidak obyektif dan riil. Kedua pertanyaan tersebut saya pisah posisinya dalam survey yang kami sebar. Secara mengejutkan kami menemukan bahwa pada kalangan muda, mereka memiliki TPE yang tinggi terkait dengan isu 'Hamil di luar nikah'. Anak muda melihat peristiwa 'Hamil di luar nikah' sebagai sesuatu yang mustahil terjadi pada diri mereka sedangkan di sisi lain mereka me

Kasus siswa SMU melecehkan Sholat & dorongan social approval (Penjelasan dari sudut pandang psikologi)

Video kontraversial ini beredar kira-kira sebulan lalu dan menjadi bahan cemooh juga obyek amarah bagi banyak penganut agama Islam. Saya sendiri sangat terkejut ketika pertama kali menyaksikan video ini via facebook seorang rekan. Kasus ini menjadi renungan tersendiri bagi saya selaku peneliti kultur anak muda dan akademisi psikologi. Beberapa poin pelajaran yang bisa kita pelajari disini adalah: 1. Anak muda terutama pada usia 14-18tahun sedang berada dalam tahap Identity Formation (pembentukan Identitas) pada tahap ini anak mereka menyerap dengan sangat kuat nilai-nilai yang berada di sekitar mereka 2.Highlight yang perlu ditekankan bagi anak muda Indonesia adalah adanya kecenderungan telatnya pembentukan Identitas karena lingkungan sekolah juga kultur di rumah kurang memberi ruang pendapat juga opini bagi anak muda. Otoritas nilai-nilai terdapat pada sosok guru dan orang tua. Opini juga pendapat banyak di repress/ditekan pada tahap ini. 3. Social Media berperan sebagai orang tua